Halaman

Selasa, 15 Oktober 2013

INDONESIA DIHARAPKAN PERAN AKTIF DALAM STABILITAS KAWASAN



Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa sedang indonesia di tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23%  serta tahun 2013 prediksi Bank dunia diangka 6 digit pertumbuhan ekonomi dan demokrasi yang berkembang serta stabilitas keamanan terkendali membuat Indonesia mulai menjadi perhatian untuk infestasi juga pasar bagi industri pertahanan negara majau peningkatan anggaran hingga Rp 150 Triliun antara 2010—2014 membuat Posisi Indonesia yang lama 'dipandang remeh' dalam isu senjata di Asia kini mulai berubah dan prediksi  pada akhir 2024  anggaran kita akan menjadi yang terbesar di kawasan yang selama ini dominasi negara dengan pertumbuhan ekomoni tertinggi, cina india ,sedang kawasan asean Malaysia dan Singapura selama bertahun-tahun selalu menjadi pemimpin terdepan dalam hal belanja senjata ASEAN.
Roket lapan untuk pertahanan

Ketegangan di Laut Cina Selatan akibat adu klaim teritorial dengan raksasa Asia, Cina, telah memaksa Filipina dan Vietnam turut mengasah peralatan tempurnya.Vietnam yang membeli berbagai senjata dari Republik Ceko, Kanada, dan Israel serta kapal selam dari Rusia. Bahkan Vietnam dikabarkan tengah memesan peluru kendali canggih dari India.Sementara Filipina menargetkan pembelian dua kapal penyergap baru, dua helikopter anti kapal selam, tiga kapal cepat patroli pantai ditambah delapan kendaraan serbu amfibi hingga 2017.Seluruhnya untuk mempertahankan wilayah 

1 skudron TNI AU 

Laut Filipina Barat yang diperebutkan dengan Cina.Cina sendiri, tak usah ditanya.Setelah memamerkan kegarangan kapal pengangkut sekaligus landasan pesawat (aircraft carrier) Liaoning, di perairan Dalian September lalu, Cina terus menumpuk perbendaharaan alutsista hingga total belanja melampaui USD100 miliar untuk pertama kalinya tahun 2012.
ASEAN tengah menikati periode damai dengan tingkat pendapatan masing-masing negara terus meningkat dan hubungan antar negara yang makin matang.Bahkan dalam dua tahun, 2015, 10 negara di Asia tenggara ini akan memasuki babak baru Komunitas ASEAN."Ini sebuah paradoks, ASEAN sangat damai tapi belanja senjata malah naik pesat," kata Andi.Pencetusnya adalah ketidakpastian di Laut Cina Selatan yang membuar beberapa negara ASEAN terlibat langsung dalam konflik ini seperti Filipina dan Vietnam.
Liaoning
peluncuran kapal induk cina liaoning
Secara keseluruhan laporan Institut Internasional untuk Strategi Keamanan (IISS) London menyebut besaran belanja senjata di Asia 2013 meningkat 14% lebih dibanding tahun lalu.Anomali sikap anggota ASEAN: diluar damai, di dalam berlomba membeli senjata.Sebaliknya, angka belanja senjata di 26 negara Eropa terus turun seiring dengan krisis ekonomi yang belum pulih.Asia tengah mengalami 'lomba senjata' tulis seorang pengamat dalam jurnal IISS.Peningkatan signifikan angka belanja senjata sudah muncul tahun 2012, dan menurut IISS, belanja alutsista Asia mencapai $287 miliar atau naik kira-kira 8,6% per tahun.
.Perimbangan kekuatan
Sebaliknya Indonesia juga memahami ambisi Cina, tambah Purnomo, yang habis-habisan mendongkrak belanja senjatanya. Dengan pertumbungan ekonomi tinngi Cina juga punya kelebihan uang, jadi dia harus melakukan modernisasi persenjataannya."Yang penting buat Indonesia dan kawasan menurut Menhan adalah adanya perimbangan kekuatan sehingga tak ada satu pihak yang lebih dominan."Sebetulnya itu adalah balance of powerantara berbagai kekuatan di Pasifik. AS juga mengatakan: saya akan menempatkan 60% kekuatan di Pasifik pada 2020," tambah mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini.Dalam forum Forum Ekonomi Dunia di Jakarta tahun lalu, PM Singapura Lee Hsien, Berharap kedaimain dengan  yang tidak lepas dengan perimabangan kekuatan bersenjata akan bisa mewujutkan kemakkmuran dengan banyak meningkatnya investasi dan turis"Tapi semua ini bergantung pada satu hal: bahwa Cina dan AS tetap berhubungan baik," tandas putra pendiri Singapura, Lee Kwan Yew, ini."Supaya lebih mudah bagi kami untuk juga berhubungan baik dengan kedua negara."Yang penting dicatat dari situasi ini menurut peneliti isu pertahanan CSIS, Iis Gindarsah, adalah Indonesia perlu terus memodernisasi alutsista agar komitmen pada politik luar negeri yang bebas aktif terpenuhi.  
Salah satu sudut KRI Fatahilah

utang luar negeri Amerika Serikat (AS) yang mencapai lebih dari US$ 17 triliun dengan berimbas Pemerintah Amerika Serikat pada awal Oktober menutup sementara (shutdown) layanan pemerintah sedang utang jatuh tempo amerika oktober saja yaitu US$ 16,7 triliun. Akan berakibat juga pada pemaksan angaran militer akan terpangkas juga berakibat kehadiran militer dikawasan asia pasifikk akan dikurangi, inilah indonesia sebagai negara netral diharapkan peran aktif untuk ikut menstabilkan kawasan "Kuncinya ada pada Indonesia karena lebih lebih banyak Indonesia yang tentukan bukan dua negara itu." (BBC Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar