Halaman

Kamis, 29 Agustus 2013

TKI.Konglomerat.Dan Nasionalisme



PENDERITAAN TKI DAN ENAKNYA USAHAWAN  SERTA  KORUPTOR
Kemudahan yang didapat para pengusaha besar  indonesia dalam segala bidang birokrasi perizinan pengurangan pajak, kredit perbankan  lunak bunga dan sitem pengembalianya  membuat  para usahawan  besar manja  seperti bayi, tengok waktu terjadi kresis ekonomi  rakksasa konglomerat dengan mudahnya menyerah. Sedang pemilik  lari keluar negri.  Hingga pemerintah kalang kabut mengakusisi perusahaan dan bank bangkrut ,  dana dari mana devisa dari mana tengoklah kontribusi TKI  ,mulai waktu berangkat gimana dia susahnya mengurus ijin dan harus rela cari pinjaman dengan bunga besar tanpa kemudahan dari Bank pemerintah  lihat saja kebijakanya Untuk usaha kecil rete bunganya 1,5-2% itu kalo ada usaha,.... kalou tidak seperti para calon TKI harys rela ke Swasta dengan rate bunga 2-3% bahkan lebih...
 Kontribusi remitansi TKI berupa devisa sekitar Rp100 triliun pertahun memberi sumbangan stabilitas neraca pembayaran ekonomi Indonesia dan menimbulkan dampak multiefek pada kegiatan ekonomi di daerah dan memperluas kesempatan pekerjaan baru serta diharapkan mampu menekan laju kenaikan dolar melampaui angka Rp11.000 per dolar.
Demikian kesimpulan Seminar Nasional dan Pagelaran Ketenagakerjaan dan Budaya Sunda yang diadakan di Auditorium Uindonesia.... Kenapa Pemerintah Tidak melihat Fakta ini ....? karena sumbangsih terbesar dan nyata ini dari pahlawan devisa .Indonesia dinilai masih sanggup mencapai 6%.
Sumber dari bank Mandiri  mempuanyai data yang akurat mengenai  uang orang kaya  indonesia yang di simpan di Singapura mencapai 1.500.000. trilyun. Dengan berbagai alasan, Keamanan,pelayanan.., kebanyakan para pengusaha ini mempunyai investasi properti sampai bursa saham. Mereka hanya berfikir keuntungan tanpa pernah peduli dan mengerti Dari mana meraka besar. Atau mana rasa Nasionalisme. Mana peduli pada Nasib Bangsa.
Analis Investasi Global David Sterman seperti dikutip dari Streetauthority, Jumat (12/7/2013) mengatakan goncangan terbesar untuk ekonomi Indonesia bukanlah China, melainkan korupsi dan birokrasi dan kelakuan Pengusaha yg Kurang peduli terhadap Bangsanya. Meski mengalami pertumbuhan 6%, Indonesia sebenarnya bisa tumbuh hingga 10%.

 Pada Juni 1997 Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS dengan berbagai kemudahan aturan perintah dengan alasan memacu pertumbuhan export dan mencegah kebangkrutan perusahaan karena gagal bayar pinjaman Pada Bank Pemerintah dan swasta Asing. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu: menjual rupiah, menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Suharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden. mulai dari sini krisis moneter indonesia memuncak.. Lalu Kemana larinya Para Pengusaha ....?. Merreka meinikmati rampokan uang rakyat ke negara lain. Singapura,... Amerika...
Sudah Saatnya Pemerintah Mulai kebijakan Ekonomi dan kemudahannya Pada Sektor Usaha Kecil,Pertanian,Nelayan dan TKI. Sektor inilah terbukti Kuat dan Nyata berjuang untuk membangun Negri....
 

Kita Bisa Jadi Negara Besar ,Indonesia tercatat mengalami kenaikan peringkat sebagai negara ke-17 dengan skala ekonomi terbesar di dunia. Menurut data International Monetary Fund (IMF), peringkat Indonesia ini berada di atas Turki dan tepat di bawah Korea Selatan.
Jayalah INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar