Halaman

Minggu, 16 Maret 2014

Komando informasi yg terbatas membuat pencairan MH 370 kembali pada titik nol



Duapuluh lima  negara dengan 43 kapal dan 50 lebih pesawat, puluhan satelit orbit USA,Cina Japans  sudah bekerja keras berupaya turut mencari dengan hasil yang masih sia-sia, Informasi dari Pusat  pengendali Pemerintah Malaysia malah semakin membuat rentan dan jarak pengendalian tidak menjadi sempit malah Melebar,  Pesawat MH 370 dengan spesifikasi  canggih  multi control position, outomatic pilot, beragam pengamanan untuk keselamatan harusnya menjadikan sistim pencarian  bagi SAR  lebih mudah karena acuan Civil Aviation Safety Regulation dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) lebih dari tepenuhi .Pesawat bermesin roll royce dengan konsep flight envelope protection, sistem yang memandu pilot menginput parameter operasional berbasis kalkulasi komputer pada sisi kendali sistem fly-by-wire  yang diandalkan bisa mengatasi kondisi stall B-777 series dan memungkinkan dia bermanuver secara cukup ekstrim dalam keadaan memaksa; plus sistem mekanis cadangan oleh pilot melalui stik kendali di satu sisi.... 

   Tapi apa yang terjadi tanpa mengurangi Rasa Simpati terhadap keluarga krue pesawat serta Penumpang Kesenjangan Informasi titik monitoring terakhir yang disampaikan otoritas malaysia pun beda jauh , dari rentang jarak 1,5 jam patau  sampai 4 jam mulai   Laut Cina Selatan,  sampai arah pakistan india thailand ,  selat malaka  sampai khzakhstan ,turkmenistan  sampai thailan utara, Indonesia sampai S Hindia,

lokasi SAR baru
Angkatan laut USA dalam misi pencarian
jejeak awal MH 370
  Pesawat berbadan lebar dengan kapsitas penumpang 300 bisa sampai 400 (tergantung klas) dengan spesifikasi Pesawat angkut besar pertama dari Boeing yang menggunakan sistem fly by wire termasuk dalamnya safety devices atau peralatan penunjang keamanan terbang pesawat. Hampir Tidak mungkin pesawat ini Lost Control , baik dari Radar sipil apalagi Militer, Perpindahan Posisi pesawat yg berkemapuan terbang 6 jam ini telah melewati banyak control bandara. Malaysia Viatnam,Cina,mungkin India Japan . Atau Singapura,Indonesia (Aceh ,Batam ) .  dimana biasanya negara dengan kemapuan radar yg kurang meminimalisasi blac spot area udara  dengan Radar Militer, Memang Spesifikasi pemantaunya beda Radar Sipil dan Militer, Tapi prinsip Fungsi monitoring area Udara adalah sama, dan lagi Boing 777 200  bukan Pesawat dengan spesifikasi Siluman seperti pengebom F 111 dan sangat tidak mungkin lepas dari kontrol radar militer mesti telah mematikan radar pancar dan komonikasi,  negara yg dilewati. Upaya SAR terbesar setelah Tsunami Aceh makin menunjukan Rasa Frustasi ,informasi hasil pencapain titik yg  diduga jatuhnya pesawat tidak di informasikan  secara intens oleh otoritas tertinggi malaysia sebagai pusat Komando, Akibatnya kegusaran pd sebgaian Keluarga penumpang mulai terjadi , terutama Pemerintah Cina dengan banyak warga yg terdaftar sebagai penumpang MH370, dan merasa tidak diberikan  Ifomasi terhadap hasil investigasi lanjutan  dan penyelidikan Pemerintah Malaysia untuk ditindak lanjuti .tim SAR Mancanegara yg diberi inromasi buta (sangat terbatas ) dengan tidak dibarengi hasil analisa lengkap jadi sia sia seperti pencarian Jarum Ditengah lautan, .Informasi terakhir pemerintah malaysia sangat berbalik 180 drajat dari titik pencarian semula, yang diawal pencarian Pesawat Dibajak dan berbalik arah telah dibantah oleh otoritas Malaysia  dan kemudian hari dengan datangya tiem dari USA inforamsi awal bahwa pesawat dibajak dan berbalik arah dibenarkan dan sekarang menjadi titik baru proses investigasi dan pencarian. Di sampaikan bahwa pesawat baru  lost contak setelah  4 jam terbang dan berbalik arah,....  . Lalu bagaimana dengan titik fokus pencarian di sekitar laut Cina Selatan, dimana Jepang , dan australia mulai terlibat akan kah sia sia. Investigasi mendalam memadukan sistim informasi Radar Bandara dan Militer lintas Negara yg dilalui MH370  sangat diperlukan . Terlalu jauh Pesawat bisa melewati Control Singapura dan Indonesia untuk lolos sampai Samudra Hindia.     Semoga dengan Investigasi mendalam Pesawat lebih cepat ditemukan. Pada kejadian pesawat AF-447 Rio de Janeiro ke Paris pada 2009 dan pesawat Turkish Air yang undershoot mendarat beberapa kilometer sebelum landas pacu Bandara Schiphol, Belanda. Disimpulkan dengan kebiasaan  pilot yang selalu menggunakan autopilot sepanjang rute perjalanan penerbangan menjadikan  Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap peralatan outomatic mengakibatkan diragukan kemampuan pilot menerbangkan pesawat secara manual dalam situasi darurat akibatnya Pilot terlambat menyadari terjadinya kekeliruan dalam sekuel penerbangannya. satu terminologi: automation addiction , pilot gagal mengatasi stall dan akhirnya pesawat masuk ke dalam unusual attitude tak terkendali dan secara spiral-dive menghunjam ke laut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar