Halaman

Senin, 02 September 2013

Perkembangan program Rudal Indonesia dan TOT dengan CINA




Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, mengatakan teknologi roket perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa dalam bidang penyediaan persenjataan pertahanan negara. Di samping itu, Ketika dokter dan guru tidak ada, orang akan protes. Tapi kalau tidak ada roket, orang tidak akan protes karena roket tidak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari. Kewajiban kita menempatkan sesuatu yang penting menjadi penting dan mewacanakan hal yang penting itu menjadi komitmen politik,” kata Pratikno, dalam keterangan yang diterima , Jumat 8 Juni 2012.Uji coba roket R Han 122 di Baturaja, Sumatera Selatan
 
Manurut Pratikno, pengembangan roket menjadi pilihan kebijakan strategis kepentingan jangka panjang yang seharusnya menjadi perhatian negara. “Pengembangan roket butuh investasi yang sangat besar dengan hasil yang penuh risiko dengan manfaat yang abstrak dan jangka panjang. UGM siap kerja sama terhadap hal yang penting dan strategis ini,” katanya.


UGM bersama Kemristek dan Lapan telah membentuk Komunitas Roket Uji Muatan (RUM). Rencananya, komunitas RUM akan memanfaatkan kawasan Pantai Pandansimo, Bantul, sebagai area pelatihan peluncuran uji roket
Untuk roket yang bisa mengantarkan benda ke angkasa, Indonesia sebenarnya sudah berhasil membuatnya. Juli 2009 lalu, Lapan berhasil menerbangkan roket terbesar dengan nama RX-420. Roket yang akan digunakan untuk pengorbit satelit itu mampu menjangkau jarak 101 kilometer, dengan kecepatan 4,4 mach atau setara dengan kecepatan suara sekitar 344 meter per detik.
Juru bicara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Elly Kuntjahyowati, dalam keterangan tertulis , Kamis, 2 Juli 2009, mengatakan, uji terbang roket itu merupakan tahapan untuk membangun Roket Pengorbit Satelit (RPS) yang diharapkan terbang pada 2014. Menteri Pertahanan saat itu, Juwono Sudarsono, menyatakan, kemampuan ini menjadi dasar untuk pengembangan sistem persenjataan rudal. "Salah satu uji coba Lapan dan Menristek adalah untuk mengajukan alternatif salah satu penangkal, tidak perlu kapal perang atau senjata. Tapi rudal yang berpangkal di darat,

Maret 2012 lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, ada pembicaraan dengan China untuk membangun pabrik rudal C-705 di Indonesia. "Kita akan lakukan joint production, atau transfer teknologi," kata Purnomo.
Peluru kendali jenis C-705 memiliki jarak tembak sampai 140 kilometer. "Peluru kendali ini kalau kita bisa produksi dalam negeri, kita akan pasang di daerah perbatasan untuk pengamanan," kata dia.
Bagaimana perkembanganya kini. Pada acara silatuhrahmi 26-2-2013 Birgjen TNI Sisriadi pun menjelaskan, hingga kini proses kerja sama tersebut masih terus dinegosiasikan alias belum banyak perkembangan berarti. mereka inginnya kerja sama itu dimulai dari awal sekali, seperti bagaimana cara merakit. padahal, kita tidak butuh itu. yang kita butuh itu kan desain, sistem pemandu dan know how-nebih lanjut, China juga meminta kontrak senilai US$ 35 juta hanya untuk Transfer teknologi bagaimana menguji coba rudal tersebut sebelum digunakan. Sepertipemeriksaan fisik, uji kalibrasi dan lainnya. Menurut Kemhan, hal tersebut tidak bisa diterima lantaran pengetahuan semacam itu seharusnya memang sudah termasuk dalam kontrak pembelian, bukan Transfer Teknologi. ya"
 Rudal C-705 China


Selasa 21 -8 2013 di bejing  Indonesia dan China menggelar pertemuan lanjutan di Beijing, China, untuk membahas mekanisme transfer teknologi Rudal C-705 yang akan digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan  Pos M Hutabarat mengatakan kedua pihak  harus memenuhi persyaratan hukum negara masing-masing, agar transfer teknologi rudal itu bisa dilakukan.
Pernyataan ini disampaikan Pos M Hutabarat setelah melakukan pertemuan putaran kedua,  Kerjasama Industri Pertahanan Indonesia- China
Ada sedikit kendala yang dirasakan Kementerian Pertahanan tentang aturan transfer teknologi di China yang didasarkan hak cipta intelektual. Indonesia harus membayar spesial fee untuk transfer teknologi tersebut dan  kedua negara belum mencapai kata sepakat.
 
Hubungan pertahanan antar kedua negara semakin kuat sejak ditandatanganinya kesepahaman bersama (MoU) antara Kementerian Pertahanan dengan Badan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Pertahanan Negara (SASTIND) China, 22 Maret 2011 di Jakarta. Kerjasama terus ditingkatkan dengan digelarnya Pertemuan Kerjasama Industri Pertahanan (DICM) di Jakarta ,24-25 Juli 2012 dan dilanjutkan dengan pertemuan di Beijing pada 19-20 Agustus 2013 ini.
Pertemuan di Beijing ini telah membuka jalan bagi peningkatan kerjasama pertahanan antara Indonesia dan China, termasuk penandatanganan Letter of Intent untuk pembuatan bersama rudal anti-kapal C-705, antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan SASTIND.
Proses manufaktur untuk rudal C-705 akan melibatkan empat tahap. “Kami belum setuju pada tahap mana transfer teknologi akan dilakukan. Namun, kedua pihak telah sepakat bahwa proses transfer teknologi harus dilaksanakan secepatnya dalam pembuatan rudal tersebut”, ujar Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan  Pos M Hutabarat.
 
Proses transfer teknologi rudal C-705 akan dimulai dengan perakitan Rudal secara semi knock down oleh PT DI dengan rentang waktu sekitar 2- 3 tahun, dalam artian sebagian besar modul roket didatangkan dari China. Tahap kedua mulai melakukan perakitan Completed Knock Down oleh PT DI. Pada tahap ini komponen-komponen rudal dikirim secara terurai dan diharapkan mulai terjadi transfer teknologi secara nyata, terutama tentang guidance dari peluru kendali, karena Indonesia pun telah memiliki kemampuan membuat airframe serta propelan rudal.
Jika tahapan itu dilampaui dengan mulus maka pada tahapan ketiga, Indonesia diharapkan sudah bisa mulai memproduksi rudal C-705 secara mandiri dan dilanjutkan dengan ke tahap riset and development, untuk pengembangan rudal. Ditargetkan Indonesia mampu membuat rudal secara mandiri dalam rentang waktu 5 hingga 10 tahun, tergantung kemampuan teknisi Indonesia dalam mengembangkan teknologi rudal tersebut. Kerjasama pembuatan Rudal C-705 teknologi digital dengan Lembaga SASTIND China ini, akan melibatkan PT DI, PT Pindad dan PT LEN. (JKGR/Antara).
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar